ATLETIK
Assalamualaikum,
Wr. Wb.
Tujuan
Pembelajan
Siswa
mampu mempraktikkan teknik dasar atletik lanjutan serta nilai toleransi,
percaya diri, keberanian, menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia
berbagi tempat dan peralatan.
Atletik dibagi berbagai nomor yang diperliombakan yaitu:
1. Lari (Lari 100 m, 200 m, 400 m, 800 m, 1500 m, 3000 m,
5000 m, 10.000 m, Marathon)
2. Lempar (Tolak Peluru, Lempar Lembing, Lontar Martil)
3. Lompat (Lompat Jauh, Lompat Tinggi, Lompat Jangkit,
Lompat galah)
4. Jalan cepat
Anak-anak SMP 2 yang saya banggakan.
Untuk pembelajaran hari ini adalah KD. 3 Atletik nomor lempar yaitu TOLAK PELURU
Kita
akan mempelajara tentang tolak peluru gaya O’Brien (membelakangi sektor lemparan)
Gaya Tolah Peluru:
1.
Gaya Samping (Klasik)
2.
Gaya O’Brien (Membelakangi Sektor Lemparan)
3.
Gaya Berputar (spin 3600 )
1.
Gaya Samping (Klasik)
Gaya samping atau klasik
merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak diketahui penemunya. Pada
gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu tubuh menghadap ke samping
dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan.
Tidak seperti gaya lainnya,
peluru dipegang menggunakan kedua tangan. Tangan kanan menyangga peluru di atas
bahu, sedangkan tangan kiri memegang peluru bagian atas. Akan tetapi, pada saat
melempar, atlet hanya menggunakan satu tangan.
2. Gaya Meluncur (Glide) / Gaya O’Brien.
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan peluru.
Gaya meluncur dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut.
· Pegang peluru dan tempelkan ke bagian leher kanan dengan posisi kepala sedikit miring sesuai posisi peluru.
· Posisikan badang sedikit menunduk dan condong ke sisi kanan sehingga bahu kiri lebih tinggi.
· Tempatkan lengan kiri di depan wajah.
· Tekuk kaki kanan untuk memberikan daya tolakan dan posisikan kaki kiri di daerah belakang, bisa sedikit ditekuk atau lurus dengan ujung kaki menyentuh lantai/tanah.
· Saat akan melakukan tolakan 180 derajat, condongkan badan sedikit ke depan sehingga ujung kaki kiri terangkat dari lantai, kaki kanan melakukan tolakan, dan kaki kiri terdorong sampai balok batas lempar.
· Bersamaan dengan gerakan tersebut, lakukan dorongan tangan dengan cara memutar badan ke arah sektor pendaratan dan tangan kanan melakukan tolakan sekuat tenaga.
· Saat tangan kanan melakukan tolakan, geser posisi kepala supaya tidak menghalangi peluru menuju sektor pendaratan.
·
Untuk atlet kidal, lakukan cara di atas dengan menggunakan anggota
tubuh yang berlawanan.
Dalam sejarah olahraga lempar
peluru, lemparan terjauh dengan menggunakan gaya meluncur ini adalah lemparan
dari atlet Ulf Timmermann dari Jerman Timur, yaitu dengan jarak lempar sejauh
23,06 meter.
Gaya berputar diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov, seorang atlet tolak
peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor baru untuk
nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar
sebesar 360 derajat sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan
atlet memiliki momentum untuk melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya
yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan, atlet juga harus menguasai
teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya lempar cakram
yang berputar dalam melakukan lemparan.
Untuk tolak peluru dengan gaya
ini, berikut tahapan yang harus Anda lakukan.
·
Untuk awalan, posisikan tubuh sama seperti gaya glide, yaitu menghadap ke belakang, tangan kanan
memegang peluru dan menempelkannya ke leher kanan. Badan dalam posisi tegak dan
kepala miring.
·
Sejajarkan kedua kaki, jadikan kaki kiri sebagai tumpuan supaya kaki
kanan bisa diayun menuju tengah lingkaran.
·
Kaki kanan menuju area tengan lingkaran dengan tetap membelakangi area
pendaratan dan sudah bersiap menjadi poros.
·
Sebelum kaki kanan menapak tengah lapangan, kaki kiri yang sebelumnya
menjadi poros diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga pada
akhir putaran tubuh, kaki kananlah yang menjadi poros.
·
Tapakkan kaki kiri di daerah belakang kaki kanan, sejajar dengan jarak
sebahu lebih sedikit dan posisi tubuh serong ke arah samping belakang.
·
Setelah kaki kiri menapak, tubuh dihadapkan ke sektor pendaratan,
bersamaan dengan tangan sebelah kanan melakukan tolakan ke arah depan dengan
kekuatan penuh. Putaran tumit, pinggul, lutut, dan dada ke arah depan akan
memberikan tambahan daya dorong.
· Setelah peluru terlempar, kemungkinan besar tubuh masih akan berputar karena energi yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.
Sampai
sekarang, cabang olahraga tolak peluru belum sepopuler cabang atletik lainnya.
Semoga dengan informasi lengkap ini, tolak peluru semakin dikenal dengan lebih
baik lagi di Indonesia dan menghasilkan atlet-atlet berprestasi di tingkat
dunia.
TOLAK PELURU
Pengertian, Sejarah, Ukuran
Lapang & Teknik Dasar
Pengertian Tolak Peluru
Atletik sering
disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga (mother of sport) dan merupakan olahraga yang paling
tua di dunia.
Ada beberapa jenis
olahraga yang termasuk dalam cabang olahraga atletik, salah satunya adalah
tolak peluru yang menjadi topik tulisan kali ini.
Pengertian Tolak
Peluru
Tolak peluru
adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan
cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh
mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram,
lempar lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru
tidak membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong
olahraga berat yang tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang
menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu postur tubuh atlet dan penguasaan
tekniknya.
Atlet
dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula
sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet
juara dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk
melakukan tolakan.
Meski
demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan kecil,
tetapi mampu melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini dimungkinkan jika
atlet tersebut mampu menguasai teknik-teknik dasar dengan baik dan memilih gaya
tolak peluru yang paling tepat.
Sejarah
Tolak Peluru
- Atlet
diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya,
para atlet memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
- Atlet
tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan
pertandingan, dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit
belum juga melakukan tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
- Atlet
dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung
ruas jari (taping) selama
pertandingan.
- Atlet
boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
- Atlet
harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
- Atlet
akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan
peraturan, misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
- Peluru
hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih
tinggi dari bahu.
- Gerakan
tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya
berada di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
- Peluru
harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat).
Atlet akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan
atau tiga kali melakukan kegagalan.
- Pengukuran
dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
- Setelah
melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi
belakang lingkaran.
- Atlet
baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Lapangan Tolak Peluru
- Lapangan
tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan dan sektor
pendaratan.
- Lingkaran
tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan ketebalan 66 mm dan
tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran tolakan
dipasangi balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan
tebal 11,4 cm.
- Sektor
pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector
line) sekaligus garis ukur standar yang terletak di tengah sektor
pendaratan. Panjang sektor pendaratan minimal 25 meter dengan sudut 40
derajat.
Peralatan Tolak Peluru
- alat
pengukur;
- bendera;
- peluit;
dan
- Bola
Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan
sebagai berikut.
- Peluru
dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless
steel, material sintetis, atau polivinil.
- Ukuran
peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan
yang diadakan di lapangan indoor,
ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar dari pertandingan
- Ketentuan
untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
- Untuk
senior putra : 7,257 kg
- Untuk
senior putri : 4 kg
- Untuk
junior putra : 5 kg
- Untuk
junior putri : 3 kg
Gaya Tolak Peluru
Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat penting dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar Anda bisa menentukan gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai masing-masing gaya tersebut di bawah ini.
Bagus
BalasHapus